Sodaqoh Yang Cerdas

July 25, 2023 Off By lptq

Sodaqoh sudah bukan menjadi hal yang tabu bagi kaum muslimin, karena sodaqoh telah mnejadi bagian yang penting dalam agama islam sesuai dengan apa yang Allah SWT firmankan dalam surah al – Hadid ayat 18 :

إِنَّ الْمُصَّدِّقِيْنَ وَالْمُصَّدِّقٰتِ وَاَقْرَضُوا اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا يُّضٰعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ اَجْرٌ كَرِيْمٌ

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, akan dilipatgandakan (balasannya) bagi mereka; dan mereka akan mendapat pahala yang mulia.” (QS Al Hadid ayat 18).
Apa yang Allah SWT berikan dalam kehidupan ummat manusia sesungguhnya hanyalah sebuah titipan yang nantinya kita akan kembalikan lagi kepada hakikat pemiliknya. Agar umat manusia tersadar akan hal tersebut, maka allah men sunnahkan setiap umat muslim untuk bersodaqoh.

Sodaqoh berasal dari Bahasa arab yaitu sadaqa yang artinya adalah benar. Benar dalam artian sejalannya ucapan, perbuatan dan keyakinan. Sedangkan menurut istilah sodaqoh berarti meng infakkan rezeki yang dititipkan oleh Allah swt kepada hambanya yang mampu untuk diberikan kepada hamba yang kurang mampu. Sodaqoh secara garis besar hakikatnya bukan hanya menginfakkan uang, melainkan apa saja yang kita lakukan dengan hati ikhlas untuk menolong manusia.

Dikisahkan, sayyidina ali bin Abi thalib sahabat Rasulullah SAW sekaligus suami dari putri Rasulullah SAW , sepulangnya sayyidina ali dari rumah Rasulullah, ketika beliau sampai dirumah, bertanyalah beliau kepada sayyidah Fatimah.

“wahai istriku, apakah ada makanan di rumah ?”

“sungguh aku memohon maaf, tidak ada makanan yang tersisa sedikitpun kecuali uang 6 dirham yang hendak aku belikan makanan untuk hasan dan husain. “

“kalau begitu, aku saja yang keluar untuk membelikan makanannya”

Kemudian sayyidah Fatimah pun menyerahkan uang sejumlah 6 dirham tersebut kepada sayyidina ali, akan tetapi sewaktu di perjalanan sayyidina ali bertemu dengan pengemis, lalu pengemis tersebut pun meminta uang kepada sayyidina ali.

“siapa yang mau meminjami dan memberikan bantuan  tuhan yang maha pengasih dan selalu menepati janji.”

Sayyidina ali bin abi thalib pun memberikan uang 6 dirham kepada pengemis tersebut, dan pulang dengan membawa tangan kosong, melihat hal itu sayyidah Fatimah pun menangis.

“wahai istriku, mengapa engkau menangis ?” tanya sayyidina ali.

“aku menangis, karna engkau kembali ke rumah dengan tangan kosong tanpa membawa makanan, kemanakan uang yang 6 dirham itu wahai suamiku ?”

“istriku yang mulia, aku telah meminjamkannya kepada Allah SWT”

Mendengar hal tersebut, sayyidah Fatimah merasa senang dan turut mendukung perbuatan suaminya.

Di kemudian hari, sayyidina Ali bin abi thalib keluar hendak berkunjung ke tempat Rasulullah Saw, di perjalanan beliau bertemu dengan seorang laki – laki yang hendak menjual untanya.

“wahai abu hasan, apakah kau mau membeli untaku dengan harga 100 dirham ?”

“tapi aku tidak memiliki uang, tuan.” Jawab sayyidina Ali

“tidak apa-apa, kau bisa membayarnya nanti.”

“baiklah, ku beli unta tersebut.”

Setelah sayyidina Ali membeli unta tersebut, beliau hendak kembali pulang untuk menaruh unta tersebut di sekita rumahnya.

Ketika di perjalanan sayyidina Ali bertemu lagi dengan seorang laki – laki yang hendak membeli unta yang sedang sayyidina Ali bawa.

“apakah kau hendak menjual unta tersebut wahai abu hasan ?” tanya laki- laki tersebut

“ya” jawab sayyidina Ali, “berapa?” tanya laki-laki itu lagi, “300 dirham”.

“baik, aku beli unta tersebut dengan harga 300 dirham”

Lalu orang tersebut membayar unta kepada sayyidina Ali seharga 300 dirham dengan bayaran kontan.

Sayyidina Ali pun bergegas pulang ke rumahnya dengan wajah sumringah, sayyidah Fatimah yang melihat hal tersebut pun ikut merasa gembira.

“ apa yang terjadi wahai suamiku ? mengapa engkau begitu senang sekali ?”

“ istriku yang mulia, aku membeli unta seharga 100 dirham dengan pembayaran tempo, kemudian ada orang yang membeli untaku seharga 300 dirham denga bayaran kontan”

“aku setuju, wahai suamiku”

Setelah berdialog dengan Fatimah di rumah, sayyidina Ali hendak kembali lagi menemui Rasulullah SAW.

“siapa yang hendak bercerita lebih dulu, akua tau dirimu?” tanya Rasulullah

“engkau saja terlebih dahulu ya Rasulullah”

“tahukah kamu siapa yang menjual untamu dan membelinya kembali ?”

“hanya alla yang tahu, yaa rasulallah.”

“berbahagialah ali, engkau telah meminjami Allah swt 6 dirham, dan Allah SWT menggantinya menjadi 300 dirham. Apa yang kamu pinjamkan kepada Allah akan dilipat gandakan menjadi 50 dirham, sesungguhnya orang yang pertama datang tadi adalah malaikat Jibril AS dan yang kedua adalah malaikat Mikail AS.”

(kisah sedekah Ali bin Abi Thalib  yang terdapat dalam kitab al-Mawaaidz al-Ushfuuriyyah).

Menurut imam Ghazali sedekah yang cerdas adalah sedekah yang kita berikan kepada orang yang benar – benar layak mendapatkannya, lebih baik bersedekah kepada orang yang tidak menampakkan kemiskinannya daripada memberikan sedekah kepada orang yang terang – terangan menampakkan kemiskinannya.

Dapat kita ambil kesimpulan, dari kisah dan penuturan di atas bahwa bersedekahlah dengan hati yang ikhlas dengan niat menolong hamba Allah, perlakuan yang baik bukan sekedar bergantung pada hablu minallah (membangun hubungan yang baik dengan Allah SWT) melainkan juga hablu minannas (membangun hubungan yang baik kepada sesame manusia) dengan begitu akan tercipta agama islam yang rahmatan lil alamin.

Wallahu a’lam bi shawab …